Dampak Kemajuan Teknologi Game Terhadap Eksistensi Permainan Tradisional
Kemajuan
pesat globalisasi di era sekarang ini mempunyai dampak pada berbagai aspek
kehidupan. Tidak terkecuali untuk kehidupan anak-anak Indonesia. Arus
modernisasi membuat mereka tidak lagi mengenal permainan tradisional yang
notabene juga merupakan warisan budaya bangsa.
Syarifullah,
Sosiolog UIN Jakarta mengemukakan, ada beberapa penyebab melunturnya permainan
tradisional anak-anak Indonesia. Pop culture menjadi salah satu penyebab
utamanya. Pop culture yaitu budaya kekinian yang disebabkan adanya modernisasi.
Perkembangan acara televisi dan munculnya berbagai permainan membuat anak-anak
kini lebih memilih menghabiskan waktu di rumah.
Menurutnya,
adanya perebutan pasar di tingkat dunia juga menjadi penyebab lain memudarnya
permainan tradisional. Amerika sukses mengenalkan figur superhero mereka,
seperti Superman atau Spiderman. Ditambah lagi munculnya Tsubasa, Naruto,
Avatar, dan tokoh andalan Jepang lainnya yang juga mampu mengalihkan perhatian
anak-anak dari permainan tradisional.
Menyempitnya
lahan bermain bagi anak pun menjadi faktor lain, khusunya di kota-kota besar.
“Seperti di Jakarta, jangankan untuk bermain anak, untuk menanam pohon saja
sudah tidak ada lahan,” ujarnya, Minggu (8/7).
Ia
juga menambahkan, hal lain yang menjadi faktor memudarnya permainan tradisional
yaitu kurangnya rasa bangga anak bangsa terhadap budaya Indonesia, termasuk
pada permainan tradisional. Tidak sedikit anak menganggap permainan congklak
itu kuno dan akan lebih memilih memainkan Play Station-Portable (PS-P).
Ia
mengakui, memang sulit untuk menghindari pudarnya permainan tradisional di
tengah arus globalisasi seperti sekarang. Namun, sebenarnya hal tersebut bisa
diminamilisir dengan menumbuhkan kebanggaan putra bangsa terhadap budaya
sendiri.
Ia
juga menjelaskan, pengenalan dan penanaman rasa bangga terhadap anak
membutuhkan peran orang tua dan guru. Orang tua harusnya tidak hanya
mengenalkan anak pada kecanggihan teknologi, tapi juga pada kekayaan bangsa.
Selain
itu, pengenalan tersebut dapat juga dilakukan oleh pihak sekolah. “Kalau bisa
masukan juga muatan lokal (mulok) khusus untuk mempelajari budaya daerah,” papar
Syarif. Menurutnya, mulok bahasa daerah saja tidak cukup.
Pengaruh pada
perkembangan anak
Erna
Multahada, psikolog anak mengemukakan, ia tidak membedakan mana yang lebih baik
antara permainan tradisional dan permainan modern. Baginya, setiap permainan
memiliki kelebihan dan kekurangan. “Kan ada juga permainan modern seperti
balok-balokan yang dapat memacu kreativitas anak,” jelasnya.
Namun,
ia juga menyarankan agar para orangtua tidak memberikan permainan elektronik dahulu
pada anak usia dini. Menurutnya, keasyikan anak bermain dengan alat elektronik
dapat menyebabkan ia malas berinteraksi dengan orang lain. “Jangan salahkan
anak kalau nantinya ia jadi pemalu,” tuturnya, Jumat (6/7).
Selain
itu, permainan elektronik juga mampu membuat anak duduk diam seharian ketika
memainkannya. Menurut Erna, hal tersebut dapat mengganggu perkembangan motorik
anak. Permainan elektronik yang kadang menyuguhkan kefleksibelan pun mempunyai
dampak bagi perkembangan anak. “Anak kan tinggal mencet, jadi ia tidak belajar
(memecahkan) solusi,” ujarnya.
Berbeda
ketika anak bermain permainan tradisonal. Selain anak dapat aktif berlari, anak
juga belajar berbagi, kerja sama, dan menyelesaikan masalah. Namun, ia juga
menyadari sempitnya lahan bermain untuk anak di jaman sekarang. “Tapi kan
banyak juga permainan-permainan modern yang edukatif,” tambahnya.
Komentar
dan Saran :
Karena
teknologi semakin pesat, berkembangnya permainan dalam teknologi yang telah diciptakan
pun berkembang pesat. Sehingga pada akhirnya permainan tradisional yang dulunya
sering dimainkan oleh anak-anak, terhitung hampir punah. Ada sisi positif dan
negatif dari teknologi game. Sisi positif yang diberikan adalah permainan yang
berada pada gadget terhitung membuat
anak lebih kreatif, tetapi sisi negatif yang didapat adalah anak tidak
bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Mengapa? Karena game yang tersedia
pada gadget pada umumnya hanya bermain
sendiri, jika dimainkan dengan banyak orang pun terhitung tidak dapat dikatakan
sebagai komunikasi yang efektif karena mereka terhubung dengan suatu jaringan (yang
biasanya internet) yang dikatakan tidak adanya tatap muka antara pemain satu
dengan lainnya. Ada beberapa teknologi game, seperti contoh Play Station, yang
dapat mempertemukan antara pemain dengan pemain, tetapi sayangnya hanya sedikit
pemain yang dapat bergabung. Jika tidak ada slot tambahan maka tidak bisa
bermain dengan banyak pemain lainnya.
Permainan tradisional pun seharusnya bisa berkembang, tetapi
karena kurangnya pengenalan dari berbagai pihak (baik pihak orang tua,
keluarga, sekolah, teman, dll) membuat permainan tradisional semakin menyusut
tingkat pamornya. Padahal dari segi psikologi dan juga motorik, permainan
tradional dapat membangkitkan emosional yang lebih stabil, karena
permainan-permainan yang disediakan biasanya diberikan sesuai dengan umur anak.
Untuk mendapatkan permainan tersebut juga lebih terawasi oleh orang tua, tidak
seperti game yang modern saat ini.
Ada berbagai upaya yang dilakukan komunitas-komunitas
yang peduli akan tradisi dan kebudayaan sunda. Diantaranya adalah yang
dilakukan oleh komunitas hoong oltrad. Di komunitas ini anak-anak diperkenalkan
dengan berbagai jenis permainan tradisional. Seperti yang dilakukan baru-baru
ini (28/10) yaitu perlombaan bedil jepret, jajangkungan, sorodot gaplok,
rorodaan, papancakan dan lain-lain. Komunitas yang diprakarsai oleh Zaini Alif
ini berencana akan berangkat ke Kinabalu Malasyia untuk memperkenalkan
permainan tradisional kepada sekitar 7000 anak Indonesia yang tinggal disana.
(PR, 29/10)
Selain komunitas Hoong juaga ada beberapa tempat yang
menyediakan fasilitas kaulinan barudak seperti di tempat wisata Panjugjugan
Sumedang, walaupun permainan disini tidak selengkap di komunitas Hoong yang terdapat di Dago pakar Bandung. Namun
demikian upayanya untuk memperkenalkan permainan tradisional kepada anak-anak
sekarang perlu mendapatkan apresiasi dan dukungan dari pemerintah setempat
khususnya, agar berkembang menjadi sebuah tempat wisata sunda yang menjadi
“panjugjugan” kita semua.
Sehingga
dapat dikatakan bahwa peran pemerintah dalam pengenalan permainan tradisional
saat ini sangatlah berperan penting. Selain itu dalam lingkup kecil adalah
peran keluarga untuk memperkenalkan permainan tersebut kepada anak-anaknya. Pembentukan
komunitas untuk pengenalan permainan tradisional juga terhitung lumayan efektif
dalam pengenalan permainan tradisional yang terhitung hampir punah. Peran sekolah
dalam memperkenalkan permainan tradisional juga sangat penting karena anak-anak
wajib sekolah 9 tahun dan terhitung banyak makan waktu dalam bangku sekolah.
Referensi
:
http://yati-arruhuljadid.blogspot.com/2013/04/upaya-melestarikan-permainan-tradisional.html