Minggu, 29 Juni 2014

Dampak Kemajuan Teknologi Game Terhadap Eksistensi Permainan Tradisional



Dampak Kemajuan Teknologi Game Terhadap Eksistensi Permainan Tradisional





Kemajuan pesat globalisasi di era sekarang ini mempunyai dampak pada berbagai aspek kehidupan. Tidak terkecuali untuk kehidupan anak-anak Indonesia. Arus modernisasi membuat mereka tidak lagi mengenal permainan tradisional yang notabene juga merupakan warisan budaya bangsa.
Syarifullah, Sosiolog UIN Jakarta mengemukakan, ada beberapa penyebab melunturnya permainan tradisional anak-anak Indonesia. Pop culture menjadi salah satu penyebab utamanya. Pop culture yaitu budaya kekinian yang disebabkan adanya modernisasi. Perkembangan acara televisi dan munculnya berbagai permainan membuat anak-anak kini lebih memilih menghabiskan waktu di rumah.
Menurutnya, adanya perebutan pasar di tingkat dunia juga menjadi penyebab lain memudarnya permainan tradisional. Amerika sukses mengenalkan figur superhero mereka, seperti Superman atau Spiderman. Ditambah lagi munculnya Tsubasa, Naruto, Avatar, dan tokoh andalan Jepang lainnya yang juga mampu mengalihkan perhatian anak-anak dari permainan tradisional.
 Menyempitnya lahan bermain bagi anak pun menjadi faktor lain, khusunya di kota-kota besar. “Seperti di Jakarta, jangankan untuk bermain anak, untuk menanam pohon saja sudah tidak ada lahan,” ujarnya, Minggu (8/7).
Ia juga menambahkan, hal lain yang menjadi faktor memudarnya permainan tradisional yaitu kurangnya rasa bangga anak bangsa terhadap budaya Indonesia, termasuk pada permainan tradisional. Tidak sedikit anak menganggap permainan congklak itu kuno dan akan lebih memilih memainkan Play Station-Portable (PS-P).
Ia mengakui, memang sulit untuk menghindari pudarnya permainan tradisional di tengah arus globalisasi seperti sekarang. Namun, sebenarnya hal tersebut bisa diminamilisir dengan menumbuhkan kebanggaan putra bangsa terhadap budaya sendiri.
Ia juga menjelaskan, pengenalan dan penanaman rasa bangga terhadap anak membutuhkan peran orang tua dan guru. Orang tua harusnya tidak hanya mengenalkan anak pada kecanggihan teknologi, tapi juga pada kekayaan bangsa.
Selain itu, pengenalan tersebut dapat juga dilakukan oleh pihak sekolah. “Kalau bisa masukan juga muatan lokal (mulok) khusus untuk mempelajari budaya daerah,” papar Syarif. Menurutnya, mulok bahasa daerah saja tidak cukup.

Pengaruh pada perkembangan anak
Erna Multahada, psikolog anak mengemukakan, ia tidak membedakan mana yang lebih baik antara permainan tradisional dan permainan modern. Baginya, setiap permainan memiliki kelebihan dan kekurangan. “Kan ada juga permainan modern seperti balok-balokan yang dapat memacu kreativitas anak,” jelasnya.
Namun, ia juga menyarankan agar para orangtua tidak memberikan permainan elektronik dahulu pada anak usia dini. Menurutnya, keasyikan anak bermain dengan alat elektronik dapat menyebabkan ia malas berinteraksi dengan orang lain. “Jangan salahkan anak kalau nantinya ia jadi pemalu,” tuturnya, Jumat (6/7).
Selain itu, permainan elektronik juga mampu membuat anak duduk diam seharian ketika memainkannya. Menurut Erna, hal tersebut dapat mengganggu perkembangan motorik anak. Permainan elektronik yang kadang menyuguhkan kefleksibelan pun mempunyai dampak bagi perkembangan anak. “Anak kan tinggal mencet, jadi ia tidak belajar (memecahkan) solusi,” ujarnya.
Berbeda ketika anak bermain permainan tradisonal. Selain anak dapat aktif berlari, anak juga belajar berbagi, kerja sama, dan menyelesaikan masalah. Namun, ia juga menyadari sempitnya lahan bermain untuk anak di jaman sekarang. “Tapi kan banyak juga permainan-permainan modern yang edukatif,” tambahnya.

Komentar dan Saran :
Karena teknologi semakin pesat, berkembangnya permainan dalam teknologi yang telah diciptakan pun berkembang pesat. Sehingga pada akhirnya permainan tradisional yang dulunya sering dimainkan oleh anak-anak, terhitung hampir punah. Ada sisi positif dan negatif dari teknologi game. Sisi positif yang diberikan adalah permainan yang berada pada gadget terhitung membuat anak lebih kreatif, tetapi sisi negatif yang didapat adalah anak tidak bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Mengapa? Karena game yang tersedia pada gadget pada umumnya hanya bermain sendiri, jika dimainkan dengan banyak orang pun terhitung tidak dapat dikatakan sebagai komunikasi yang efektif karena mereka terhubung dengan suatu jaringan (yang biasanya internet) yang dikatakan tidak adanya tatap muka antara pemain satu dengan lainnya. Ada beberapa teknologi game, seperti contoh Play Station, yang dapat mempertemukan antara pemain dengan pemain, tetapi sayangnya hanya sedikit pemain yang dapat bergabung. Jika tidak ada slot tambahan maka tidak bisa bermain dengan banyak pemain lainnya.
            Permainan tradisional pun seharusnya bisa berkembang, tetapi karena kurangnya pengenalan dari berbagai pihak (baik pihak orang tua, keluarga, sekolah, teman, dll) membuat permainan tradisional semakin menyusut tingkat pamornya. Padahal dari segi psikologi dan juga motorik, permainan tradional dapat membangkitkan emosional yang lebih stabil, karena permainan-permainan yang disediakan biasanya diberikan sesuai dengan umur anak. Untuk mendapatkan permainan tersebut juga lebih terawasi oleh orang tua, tidak seperti game yang modern saat ini.
Ada berbagai upaya yang dilakukan komunitas-komunitas yang peduli akan tradisi dan kebudayaan sunda. Diantaranya adalah yang dilakukan oleh komunitas hoong oltrad. Di komunitas ini anak-anak diperkenalkan dengan berbagai jenis permainan tradisional. Seperti yang dilakukan baru-baru ini (28/10) yaitu perlombaan bedil jepret, jajangkungan, sorodot gaplok, rorodaan, papancakan dan lain-lain. Komunitas yang diprakarsai oleh Zaini Alif ini berencana akan berangkat ke Kinabalu Malasyia untuk memperkenalkan permainan tradisional kepada sekitar 7000 anak Indonesia yang tinggal disana. (PR, 29/10)
Selain komunitas Hoong juaga ada beberapa tempat yang menyediakan fasilitas kaulinan barudak seperti di tempat wisata Panjugjugan Sumedang, walaupun permainan disini tidak selengkap di komunitas Hoong  yang terdapat di Dago pakar Bandung. Namun demikian upayanya untuk memperkenalkan permainan tradisional kepada anak-anak sekarang perlu mendapatkan apresiasi dan dukungan dari pemerintah setempat khususnya, agar berkembang menjadi sebuah tempat wisata sunda yang menjadi “panjugjugan” kita semua.
Sehingga dapat dikatakan bahwa peran pemerintah dalam pengenalan permainan tradisional saat ini sangatlah berperan penting. Selain itu dalam lingkup kecil adalah peran keluarga untuk memperkenalkan permainan tersebut kepada anak-anaknya. Pembentukan komunitas untuk pengenalan permainan tradisional juga terhitung lumayan efektif dalam pengenalan permainan tradisional yang terhitung hampir punah. Peran sekolah dalam memperkenalkan permainan tradisional juga sangat penting karena anak-anak wajib sekolah 9 tahun dan terhitung banyak makan waktu dalam bangku sekolah.

 
Referensi :
http://yati-arruhuljadid.blogspot.com/2013/04/upaya-melestarikan-permainan-tradisional.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar